KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmânirrahîm.
Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarâkatuh.
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
pembawa rahmat bagi semesta alam.
Makalah ini mengangkat judul tentang “KONSEKUENSI
ORANG BERIMAN” yang didalamnya terdapat pembahasan tentang orang beriman
meliputi pengertian iman, hal-hal yang dapat merusaknya serta
konsekuensi-konsekuensinya. Dilengkapi dengan dalil-dalil dari hadis dan
firman-firman Allah SWT. Saya mengambil dari beberapa sumber seperti dari
Al-Qur’an, buku hadis, buku Agama dan dari artikel-artikel di internet.
Makalah ini dibuat bertujuan agar mendorong semua
Muslim untuk lebih meningkatkan keimanannya. Karena kehidupan di dunia ini
adalah singkat saja dan kematian serta pengadilan adalah dekat, berkaitan
dengan iman ini tidak memungkinkan adanya rasa putus asa dan kekecewaan serta
memberikan energi yang segar untuk melakukan amal-amal kebajikan satu demi
satu, siang dan malam.
Saya juga memohon maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan semua kesalahan itu
datangnya dari saya karena manusia itu tidak luput dari kesalahan dan
kesempurnaan itu datangnya dari Allah SWT. Harapan saya semoga makalah ini
dapat berguna bagi pembacanya. Amîn. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullâhi Wabarâkatuh.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................... 1
DAFTAR
ISI .............................................................................. 2
A.
PENDAHULUAN ..................................................................... 3
1.
Pengertian iman ............................................................... 3
2.
Perbedaan iman hakiki dan iman taqlidi
......................... 4
3.
Cara mendapatkan manfaat iman .................................... 5
4.
Hal-hal yang dapat merusak iman ................................... 5
B.
PEMBAHASAN ........................................................................ 7
1.
Al-Muraqabah (mengintip kebajikan) ............................. 7
2.
Al-Mu’awanah (tolong menolong) .................................. 7
3.
Al-Barra
(toleransi kepada Kafir yang tidak memusuhi
Islam) ............................................................................. 10
4.
Taslim lillahi rabbil ‘alamin (wajib menyerahkan diri kepada Allah secara total)
................................................ 11
C.
KESIMPULAN .......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
................................................................ 16
A.
PENDAHULUAN
1.
Pengertian iman
Secara harfiah,
iman berasal dari bahasa Arab, yang mengandung arti faith (kepercayaan),
dan belief (keyakinan).
Iman juga berarti kepercayaan (yang berkenaan dengan agama), yakin percaya
kepada Allah, keteguhan hati, keteguhan batin.
Ibn Katsir menjelaskan bahwa iman ialah pengakuan dengan (dalam hati), ikrar
lidah dan amalan anggota tubuh. Tegasnya, iman menurut batasan syara’ ialah
memadukan ucapan dengan pengakuan hati dan perilaku. Dengan lain perkataan
mengikrarkan dengan lidah akan kebenaran Islam, membenarkan yang diikrarkan itu
dengan hati dan tercemin dalam perilaku hidup sehari-hari dalam bentuk amal
perbuatan. Menurut Ibn as-Shalah, iman mencakup apa yang termasuk dalam rumusan
Islam, bahkan iman mencakup pula semua jenis taat. Sebab taat adalah produk
dari keyakian (tashdiq) yang menjadi
dasar iman.
Dalam Islam, iman
atau kepercayaan yang bisa selanjutnya disebut ‘aqidah bersumberkan
Al-Qur’an dan merupakan segi teoretis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu
dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh
dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi oleh persangkaan.
Selain itu, dilihat dari segi sasarannya atau objek yang diimaninya, yaitu
hanya Allah SWT semata, maka keimanan tersebut dinamai tauhid yang berarti
mengesakan Allah SWT semata. Selanjutnya, keimanan tersebut disebut dengan ushul
al-din (pokok-pokok agama), karena keimanan tersebut menduduki tempat yang
utama dalam struktur ajaran Islam.
Abu Thalib al-Makki
dalam Qut al-Qulub mengatakan : “Amal adalah bagian dari iman. Tidak sempurna
iman tanpa amal. Amal dan iman adalah saudara kembar. Tidak sah yang satu tanpa
yang satu lagi. Keduanya bersama-sama juga tidak sah tanpa meniadakan kufur
yang menjadi lawannya. Tuhan mensyaratkan amal saleh untuk iman dan
menganggapnya tidak berguna iman kecuali dengan adanya amal. Syarat iman aialah
amal dan takwa serta juga amal saleh.”
Dari golongan Sunni
: Malik, as-Syafi’i, al-Auza’i, Ahmad Ishaq, Ahl al-Madinah, Ahl ad-Dhahir dan
seluruh ulama hadis dan dari para mutakallimin, al-Harits, al-Muhasibi, Abul
Abbas al-Qalanisi, Abu Ali ats-Tsaqafi, Abul Hasan at-Thabari berpendapat bahwa
: “Sesungguhnya setinggi-tingginya iman ialah makrifah hati, ikrar lidah dan
amal anggota tubuh. Iman dapat bertambah dengan taat dan berkurang dengan
maksiat.”
Akan tetapi perlu
diingat bahwa walaupun amalan anggota tubuh adalah bagian dari iman, namun
karena bobot amal anggota itu bertingkat-tingkat, maka ada di antara anggota
yang dapat merusakkan iman tanpa dia, tetapi juga ada yang tidak merusakkannya.
Misalnya, kepala dan tangan adalah sama-sama bagian tubuh manusia, akan tetapi
orang tidak lagi mempunyai wujud insaniyah
tanpa kepala, sedangkan tanpa tangan, paling-paling hanya dikatakan cacat.